Operasi merupakan hal yang sering
ditakuti oleh sebagian besar orang. Apalagi jika operasi tersebut nantinya
mendatangkan keterbatasan bagi yang bersangkutan. Sebagai contoh kasus
seseorang yang mengalami kecelakaan dan patah tulang yang harus menjalani
serangkaian proses operasi. Tentu saja hal ini akan menimbulkan berbagai
kehawatiran bagi yang bersangkutan. Kebanyakan dari pasien masih mempunyai
kekhawatiran kalau tubuh digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan
mempengaruhi luka operasi yang masih belum sembuh yang baru saja selesai
dikerjakan.
Fenomena
ini sering juga terjadi di RS. Karima Utama Surakarta. Seringkali mereka
bertanya kepada kami, “Sus, saya boleh gerak nggak? atau “ Sus, nanti nek
kakine tak gerakin pennya lepas gimana?”. Hal yang wajar memang untuk
ditanyakan, apalagi dengan segala kekhawatiran yang mereka pikirkan. Padahal
tidak sepenuhnya masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan justru hampir semua
jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan sedini mungkin. Asal
rasa nyeri dapat ditahan dan terdapat suatu keseimbangan tubuh, dengan
bergerak, masa pemulihan untuk mencapai kondisi seperti sebelum dilakukan
pembedahan dapat dipersingkat. Dan tentu ini akan mengurangi waktu rawat di
rumah sakit, menekan pembiayaan serta juga dapat mengurangi stress psikis bagi
pasien sendiri. Dengan bergerak, tentunya akan mencegah kekakuan otot dan sendi
sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki
pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital
yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka.
Pada saat awal, pergerakan fisik
bisa dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang
bisa ditekuk atau diluruskan, mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis
maupun dinamis termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke
kanan. Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan sudah
bisa diposisikan duduk, baik bersandar pada bed maupun tidak dan bahkan juga
dapat dilakukan dengan bantuan keluarga. Fase selanjutnya duduk di atas tempat
tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil
digerak-gerakan.
Di
hari kedua pasca operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat di kamar atau
bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya memang sudah
bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya berjalan
sendiri ke toilet atau kamar mandi dengan posisi infus yang tetap terjaga.
Untuk pasien dengan patah di bagian kaki memang biasanya harus dilatih terlebih
dahulu oleh seorang fisioterapis dengan menggunakan alat bantu jalan atau kruck.
Dalam hal ini perawat juga dapat berperan membantu melatih pasien tersebut,
karena terkadang tidak selamanya fisioterapis 24 jam bersama dengan pasien.
Jadi kesimpulannya, bergerak setelah proses operasi sangat di anjurkan asal
sesuai dengan cara yang diajarkan.